Rabu, 29 April 2015

Malam, Cahaya dan Bintang

Masih saja hujan di malam itu menjadi beberapa bingkisan dalam kepalaku. Pepohonan yang menari tetap tak peduli kan ku dibawahnya yang sedang merintih. Bukan karna dingin yang menyelimuti namun gerak terpaku yang menghantui. kemana ini akan berakhir dan berhenti mencari tetes jawab.Ternyata tidak sesederhana itu pikir ku ada beberapa poin lagi yang terus menjulur ketia-tiap poin lainnya membentuk rantai rumit dan panjang terlihat tak berujung. Tapi benarkah aku harus berhenti sampai disini saja?. Harus kah ini berakhir?. Apakah memang seperti ini akhir itu?. Tentu saja puluhan tanya itu akan terus terjawab dengan tanya-tanya yang lain seperti tak ada habisnya saja. Aku mulai kembali mencoba menguasai sadarku tak ada gunanya juga jika hanya dikenang terlalu sering hanya akan membuka luka. Tapi,
"kau terlalu banyak berucap tapi, tapi, tai. Terus sajalah seperti itu. Melamun, merenung, berhayal lalu mengeluh lah"
Diam-diam aku tersenyum meski kata-katanya sedikit kasar tapi.
"Tapi,tapi,tai sebaiknya kau berdiri saja ditepi jurang lalu lompat lah"
Aku melirik Bintang. Begitu menyejukkan, nyaman, damai dan senyumku tak ragu Aku lepaskan. Ada apa dengannya masih selalu setia dia ternyata di dalam kegelapan itu. Masih setia dengan terangnya juga dinginnya sekaligus. Tak heran begitu banyak yang mengaguminya di dalam kegelapan itu termasuk Aku. Memandanginya dari kejauhan meski sadar belum cukup namun kemampuan untuk menjamahnya juga belum cukup. Tapi Bintang selalu punya cara untuk mengalihkan fokusku hampir di setiap kesempatan dia selalu terlihat. Tak dibiarkannya mataku lelah memandangnya bahkan di saat mendung selalu di buatnya aku tahan berlama-lama menunggu mendung berakhir hanya sekedar melihat kilaunya dari tempat duduk ku. Dan hebatnya dia tetap dititik itu. Tak bergerak namun tetap tak mampu aku mencari kebosanan di bawah sini memandangnya.
"Teruslah begitu hanya diam dan menunggu. Teruslah lakukan kebodohanmu suatu saat kau akan mendapatkan simpatinya dengan mengasihani keterpurukanmu setelah itu mati lah kau dalam keterinjakan"
suaranya merdu...
Kembali Aku tersenyum memandang Bintang tak ada kata-kata yang bisa terucap, dunia ku hilang seketika masuk kedalam rutinitasnya yang bagiku sangat menggemaskan namun begitu anggun.
"lalu seperti orang-orang dungu lainnya kau akan terus hidup di singgasana lapuk mu ini tanpa sedikit pun mau beranjak menjamahnya aku sangat kecewa melihatmu. Bangkitlah..."
Bintang masih saja membelai anganku. Begitu indah rasanya jika akhir waktuku, kuhabiskan dengannya. Akan jadi manusia yang paling bahagialah aku di singgasanaku ini jika dia tetap bisa ku lihat bersinar indah 
"ya teruslah bermain di dunia imajinasimu nikmati saja. Tak lama lagi kehancuran akan menjamahmu"
Tak ada lagi yang kutakuti jika bisa melihatnya bersinar terang. Aku sudah merasa memiliki segalanya. Aku tak memerlukan apapun lagi, aku hanya butuh bintang disini. Dan selalu bisa melihatnya bersinar terang. Bintang, Hanya dia lah semangat hidupku dialah yang aku butuhkan dia segalanya hidupku hanya untuknya
"teruslah begitu bermimpilah, berharaplah tentang Bintang mu itu. Aku punya Sebuah kisah tentang bintangmu Aku rasa kau harus mendengarnya sebuah kenyataan tentang bintangmu itu dengarlah..."
Sontak tubuhku menggigil Aku memohon padanya untuk berhenti jangan lagi ceritakan kisah itu aku tidak mau lagi mendengarnya cukup sudah biarkan Aku hidup tenang dengan semua ini biarkan aku tenang. Aku terus memohon kepadanya untuk tidak menceritakan kisah itu lagi cukup... aku menutup telinga menyembunyikan tubuhku kedalam bayang pohon yang lebih gelap aku memohon, menyembah, mengemis agar dia berhenti jangan...


"Bintangmu itu jaraknya 8 tahun cahaya dari sini. Kau tau kecepatan cahaya itu mencapai 300.000 km/detik kau bisa bayangkan dengan kecepatan cahaya saja membutuhkan waktu sepanjang itu. jadi sesungguhnya langit malam yang kau lihat ini tidak hanya saat sekarang saja, tetapi secara bersamaan kau juga melihat langit di 8 tahun yang lalu"
Pohon-pohon tertawa, rumput menangis, kelopak bunga menyeringgai, dedaunan histeris. Tapi malam tetap lah malam dengan cahaya bintangnya yang berkilau

Selasa, 19 Agustus 2014

KECOA.
Masih saja rintik hujan mengisi kekosongan ruangan yang mulai melapuk dan teracuhkan itu seperti kemarin juga hari-hari sebelumnya dan aku kembali dengan tak bosannya mengemasi peralatan kerja ku memberikan sedikit perhatian untuk setidaknya bertutur sapa pada dinding berdebu dan beberapa kecoa lemari. kami saling pandang tidak sama sekali menciptakan niat untuk berjabat tangan apa lagi bermesraan aku hanya ingin mengarahkan pandangan ku sedikit saja dan segegas mungkin dengan tetap menjaga jarak agar mereka tidak kehilangan kenyamanan melakukan aktifitasnya begitu juga dengan kepunyaanku. melihat cara mereka saling berkomunikasi, bersenda-gurau, tertawa lepas, tampak terlihat begitu alami dan pasti sangat menggairahkan kebahagiaan yang sudah lama tak aku miliki dan rasanya ingin juga bisa ikut dalam suasana seperti itu lalu aku mulai menerawang ketiap sudut sel otakku untuk mencari apa saja informasi yang bisa aku dapatkan dan mungkin sudah terlupakan membusuk di sudut-sudut gumpalan darah. Tetap saja aku harus bisa menjaga sikap dan aktifitasku agar mereka tetap tidak sadar jika ternyata aku juga sedang memperhatikan mereka dan mencoba mencari cara mendekati dan masuk dalam kenyamanan itu bersama mereka yang kini sudah tak lagi memperdulikan kehadiranku meski aku sering berada disini. Pandanganku seolah rekaman yang secara detil memperhatikan tingkah laku mereka mulai dari cara mereka berjalan, bagaimana mereka bisa menyamankan diri ditempat kotor dan bau yang bagiku itu sangat menjijikkan lalu bagaiman mereka menikmati makanan-makanan sampah dan juga cara mereka menggerakkan benda memanjang yang berada diatas kepala mereka yang bagiku itu sangat mengagumkan meski aku tetap mengernyitkan dahi ku ketika aku membayangkan benda itu juga ada dikepalaku dan hal itu sangat menakutkan sepertinya ukuran kepalaku masih belum tepat untuk menggunakan benda seperti itu dan pasti rasanya akan aneh tetapi bagaimana kalau aku mengganti kepalaku terlebih dahulu?. Tetapi jika aku sudah mengganti kepalaku apa mungkin dengan tubuhku yang masih seperti ini mereka akan percaya kalau aku juga bagian dari mereka, apa aku harus juga mengganti setiap bagian dari tubuhku? Kalau begitu aku juga harus mengganti susunan saraf yang ada di otak ku agar terlihat sama dan satu kelas dengan mereka, lalu bagaimana dengan hatiku? Lantas tentang makanan kesukaanku, hobiku? Lalu bagaimana tanggapan orang-orang terdekat ku jika mereka tau bahwa aku sudah memilih untuk menjadi seekor kecoa?. tampaknya teriakan dan hantaman keras pada meja kerjaku membuat mereka berjalan naik turun dari sudut rak buku dan menghilang dibalik susunan buku-buku tua yang tampaknya sudah lama kehilangan aroma telapak tangan yang aktif mengelus tiap lembar halamannya yang kini hanya mereka dan akulah yang selalu setia menemani.

“wah mas Bardi, sukses ya acaranya saya kagum dengan kerja mas, luar biasa, itu anak-anak hebat mas, masih kecil sudah bisa menari sebagus itu, pasti pinter-pinter ya anaknya, tapi siapa dulu pelatihnya ya kan, mas Bardi priharta”.

Tiba-tiba entah dari mana pak Tarji dengan suka rela menghadiahi tepuk tangan keras dan senyum melebar yang terlihat tampak terlalu lebar dan aku cuma bisa menanggapi dengan raut wajah tanpa ekspresi sekalipun, sepertinya hari ini akan menjadi lebih panjang.

“ekspresi mereka, lekuk tubuhnya, jemari lentik, kostumnya juga. Wah pokoknya mantap mas dan saya rasa paduan musiknya juga pasti sudah mas pikirkan secara hati-hati sekali ya, jadi... itu lo, gimana ya saya sangat terkesima ketika menontonnya kemarin, juga penonton lain serasa terbawa suasana pertunjukan mas, keliatan mereka bener-bener memperhatikan tiap sudut petunjukannya pokoknya mereka tidak boleh mas buat berkedip sekalipun ya, memang mas ini sangat membanggakan, tapi sayangnya... hmm bagi rokoknya boleh mas.”

Senyum ikhlas pak Tarji yang sedang melangkah masuk ke ruangan ku dan langsung mengarah tepat di sasarannya membuat hari ku semakin komplit saja tapi apa boleh buat terkadang aku juga membutuhkan jasanya membantu menyiapkan beberapa keperluan kerjaku tak bisa disangkal juga adanya pak Tarji ditempat ini sedikit bisa meringankan beberapa tugas yang menumpuk, dan beliau mengambil tempat di sampingku dan menarik dalam-dalam napasnya.

“iya mas sayangnya potensi itu kurang di perhatikan lagi, kalau saja ni ya, anak-anak seperti itu di beri kesempatan lebih untuk latihan ga sekedar ketika ada acara saja baru latihan tetapi di buat itu mas latihan rutin nah hmm pasti ya pasti itu saya jamin bisa lebih baik lagi mereka apa lagi pelatihnya itu hehe,... masnya sendiri yang, wahh... kalau saya pikir itu mas sudah cukup berpengalaman dalam bidang yang seperti-seperti ini jadi ga perlu itu di sangsikan lagi lah”.

Semakin dalam omongan beliau semakin dalam pula kegerahanku mendengarnya aku hanya bisa membalasnya dengan gumam yang malas. Sepertinya aku harus segera memberikan sesajen agar roh-roh dari kekesalan dan geram ku menghilang, ya harus ada yang di korbankan pikirku.

“iya makasi ya pak, oh iya saya minta tolong pesenin kopi ya, buat pak Tarji terserah mau mesen apa bilangin aja masukin ke bonnya saya pak”.

“wah iya-iya mas, makasi lo, memang mas Bardi ini orangnya baik sekali itu, dermawan, ga pelit suka berbagi hehe, jarang sekali itu ada anak muda yang baik seperti mas ini ke saya, kadang saya juga heran itu mas, anak muda jaman sekarang ini ya hobinya cuma foya-foya ga karuan gitu, pesta ngabisin duit buat hal yang ga penting gitu tapi keliatannya mas ini beda ya suka memberi, ya sudah ntar itu saya kelamaan, saya juga mau ada yang dikerjain mas, padahal saya itu masi mau ngobrol sama mas ni, cuacanya cerah cucian saya itu baiknya segera saya jemur mas, takutnya hujan lagi, seperti kemarin itu saya ga sempat toh ngeringin baju, ya hujan mas, ya terpaksa itu saya harus pake baju yang kemarinnya, kalau gitu itu saya pamit dulu mas, segera saya pesenin ya, mmm, mas sebatang lagi ya rokoknya”.

Akhirnya beliau dengan ikhlas pula bisa meninggalkanku disini kembali diruangan sepi ini, sepertinya aku mulai merindukan kembali kesendirian setelah bertemu beliau tadi dan menikmati kembali pemandangan aktifitas para kecoa yang semakin semangat menggapai hari mereka dengan begitu riangnya tanpa beban dan berbagai macam hujatan, aku mulai tersadar, para kecoa itu mampu memelihara keutuhan bahagianya karena memang tugasnya hanya mengerjakan apa yang di tugaskan dengan perasaan yang tidak sama sekali takut akan keadaan dan kondisi renta jaman yang semakin menua. Dengan penuh semangat meski tempatnya berada di pinggiran kotoran makhluk yang bahkan tidak pernah sedikitpun peduli tentang kehadirannya yang malah merasa jijik melihatnya tetap mampu menyamankan diri dan berjuang demi kehidupan yang tak mudah ini, tidak mudah?, apa benar hidup ini tidak mudah?,tapi mengapa kecoa itu tetap mampu berlalri tanpa terlihat kesulitan sedikitpun?, lalu mengapa bisa aku merasa kalah bahagianya dari para kecoa-kecoa busuk itu?, apa ya rasanya menjadi kecoa?.


Kamis, 18 Juli 2013

Pasti Kubisa



Pasti Kubisa


Hidup itu sulit, begitu kata kebanyakan orang. Hidup mereka analogikan hanya sebagai sebuah kutukan yang harus dijalani, dan memang harus dijalani entah itu karena terpaksa atau tidak. Akhirnya sejarah tentang kehidupannya bahkan tak pernah semenarik sepucuk pohon yang mampu memberikan begitu besar manfaat bagi bumi, ya, apa yang sudah aku lakukan untuk bumi, mungkin agar lebih logis, kecilkan saja dulu skalanya menjadi, “APA YANG SUDAH AKU LAKUKAN UNTUK NEGARA KU”, terlalu munafik mungkin jika aku tidak peduli dengan Negara ku yang sekarang ini INDONESIA TERCINTA, namun apa yang bisa diperbuat orang seperti ku?, ahh aku terlalu banyak menghayal mungkin, atau ini memang perintah dari hati kecilku yang suci, dengan kesabaran yang luar biasa ingin mengajakku untuk memperdulikan nasib saudara-saudara ku di Negara kecil ini, hanya saja aku tidak tau harus mulai darimana

Aku jadi teringat pesan Khotbah Jum’at kemarin, Katanya “Jika kamu ingin berbuat baik, mulai lah dari hal yang paling kecil, dan perbaikilah akhlak mu sebelum kau mampu memperbaiki akhlak saudara-saudara mu”, itu salah satu kalimat motivasi ku dari juta-an kalimat motivasi lain, terkadang aku heran, aku mampu menghapal begitu banyak kalimat motivasi yang sangat membuatku merasa mampu menjadi lebih baik, namun sayangnya kalimat itu hanya berefek pada saat dibaca saja, 5 menit kemudian kalimat itu hanya menjadi koleksi barang pecah belah yang tersusun rapi didalam kardus penuh abu dibagian paling sudut otakku

“Dana.......belum berangkat juga? kuliah sana”  

Suara merdu ibuku terdengar memekakkan dan sejenak aku kembali dari dunia khayalku kealam nyata, “Iya mak....”, Omak, sapaan orang Batak ke pada Ibunya, terlahir berdarah Lubis di kota Medan yang penuh dengan ketidak pedulian ini – nanti aku jelaskan maksud kalimat ketidak pedulian itu – menjadikanku orang bermarga yang tidak tau bahasa daerahnya sendiri walaupun hanya satu kata, dan memang seluruh anggota keluarga ku dirumah hampir tidak pernah menggunakan bahasa daerah, kecuali ada saudara dari kampung yang berkunjung kerumah, selain itu yang digunakan hanyalah bahasa Indonesia, aku merasa bahasa orang Medan itu keren, Bahasa Indonesia, dengan sedikit irama melayu dan dipertegas dengan logat Batak yang keras, ya mungkin karena aku orang Medan, tidak salah lah aku mengagumi bahasa kota ku, mungkin jika aku lahir di Papua maka bahasa Papua lah yang bakal aku bilang paling keren.

            “Iyah..... tak begerak juga kau?, bentarlah ya kuambil dulu ember biar tak usah kau lagi kekamar mandi”

“eh.. iya-iya mak, sabar lah berat kali rasanya badan ni”

“itulah kau... begadang aja tau mu cepat sana....!”

Dengan sigap aku bangkit dari singgana kapuk ku, cemas kalau saja Omak ku bakal nyiram aku dengan satu ember penuh air bekas cucian, aku cukup yakin Omak bakal melangsungkan ritual pagi membangunkan ku dengan satu ember air itu, karena tidak jarang Omak memang punya niat dan kebulatan tekad untuk melakukannya, pernah suatu ketika aku benar-benar basah di guyur air bekas cucian, alhasil sepulang kuliah aku harus menjemur tilam ku – yang indah dengan motif gambar abstrak berupa pulau hitam yang catnya berasal dari liur ku – dan parahnya ketika itu cuaca mendung sebelum adzan maghrib aku pun harus mengangkat tilam ku yang masih lembab, dan malamnya aku tidur dilantai.

            Dengan langkah berat aku menuju kekamar mandi, dingin sekali rasanya pagi ini, aku lirik jam dinding, ternyata masih pukul 10 pagi, huft terlalu pagi aku bangun, keluhku, sebagai mahasiswa pengangguran seperti ku ini, 10 pagi masih terlalu pagi, bahkan ayam jantan masih malas untuk berkokok – dan memang biasanya ayam jantan berkokok itu tepat pukul 5 pagi – akhirnya ide briliant itu datang, karena masih terlalu dingin aku hanya cuci muka saja pakai sabun pencuci mukaku, dan menggosok gigi itu sudah cukup, orang Barat aja ga pernah tu mandi pagi, karena aku juga merasa orang Barat – Batak Rantau – jadi untuk hari ini tak apalah kalau aku tak mandi, cukup oles deodorant, trus pake parfum sebanyak mungkin, orang akan terkecoh dengan aroma tubuh ku, dan hanya Tuhan yang tau bahwa aku tidak mandi.

            Perjalanan ku kekampus dimulai, dengan menggunakan kereta ku – dibeberapa kota kereta disebut motor atau sepeda motor, namun kereta digunakan sebagai nama bagi sepeda motor di Medan dan motor adalah nama untuk Mobil, begitu kaya bahasa Negri ku – yang selalu setia menemani kapan saja

“woi ketua kok tumben rajin masuk, udah tobat ya?”, belum lagi aku sempat turun dari kereta ku ini bang Sumar satpam kampus sudah menyambut  ku didepan pintu gerbang, dengan senyum mengejek khasnya diarahkan padaku,

“eleh, yang sibuk la abang ni, bukannya di dukung aku yang udah mulai rajin ngampus”, aku mulai mencari tempat kosong untuk parkir dengan menghiraukan bang Sumar, barisan paling ujung dibawah pohon mangga, aku tepat memarkirkan keretaku disamping bangku panjang yang diduduki oleh bang Heri juga salah satu satpam kampus, bang Heri seolah tak melihat ku, dia masih sibuk dengan korannya dan rokok di tangan kirinya, aku juga tak menegurnya, takut kalau mengganggu, “hei anak muda, nyantai kita dulu sini, ngapain la kau masuk kelas”, aku melihat ke sumber suara dan aku bisa memastikan itu suara bang Heri yang masih membaca korannya tanpa menoleh kepada ku, dia lebih berbahaya dari bang Sumar, memang dia tidak menghinaku seperti bang Sumar, namun dibalik keramahannya tersirat niat yang membahayakan iman ku untuk memikirkan kampus, tidak, aku tidak boleh termakan rayuannya, aku harus.....

“hei sini mau kubuatkan kopi kau, kalo mau rokok ini” bang Heri tetap saja menggoda ku malah dia menawarkan kopi, wah ini tidak bisa dibiarkan, aku harus menerima tawarannya, lagipula aku sudah terlambat 30 menit, aku sangat hafal dengan dosen ku yang masuk hari ini, dia sangat anti dengan mahasiswa yang masuk kekelasnya jika terlambat 15 menit, “ok lah bang kalo gitu, nyantai aja kita sini, buatkanlah kopi aku”, aku pun duduk disebelah bang Heri, tak lama aku duduk dia langsung bangkit, aku yakin dia pasti akan pergi memenuhi janjinya seperti seorang koboi yang menjanjikan kepada kekasihnya bahwa dia akan kembali setelah berjuang di medan tempur, sambil menunggu dia kembali, aku tergoda dengan berita hari ini di koran, PEMERINTAH BERFOYA RAKYAT MENDERITA,

“ih mantap kali ku liat bang judul berita ni, mobil dinas baru bagi dewan terhormat akan segera di fungsikan minggu ini, ada yang pro namun tidak sedikit juga yang kontra akan masalah ini. ih kenapa pula di tulis masalah bang, pemerintah beli mobil masalah rupanya itu, heran aku, setau aku masalah tu gempa bumi, banjir bandang, sama tugas kuliah, itu baru namanya masalah bang tapi kalo ini, cemana pula itu bang?”

“hah itulah paoknya kau” bang Heri kembali dengan segelas kopi panas, lalu dia duduk disebelahku dan merampas koran dari tangan ku,”kau dengar ya,” bang Heri dengan gayanya bagaikan seorang pembaca puisi profesional dengan mengangkat koran tinggi-tinggi mengunakan kedua tangannya “ pemerintah seharusnya lebih memikirkan persoalan yang ada ditengah-tengah masyarakat, seperti biaya sekolah yang mahal, angka kemiskinana yang semakin meninggi, meningkatnya angka pengangguran tahun ini dan kriminalitas yang merajalela, mengapa uang untuk mobil dinas itu tidak digunakan saja untuk kepentingan tersebut, rakyat kecil harus kembali mengalami penderitaan yang sepertinya tidak akan pernah berakhir” setelah selesai membaca puisi koran pagi itu bang Heri menoleh kearahku, “rakyat kecil Dana, rakyat kecil lagi yang menjadi korban, aku, ya macam aku ni lah yang menderita”

“kenapa pula abang menderita, gemuknya ku tengok abang, makin buncit pun, tulah kebanyaan minum tuak abang ni,”

“bah memang lah kau ni, tak bisa merasakan penderitaan rakyat kecil kayak aku, sama kau macam pemerintah”

“eleh, ntah apa aja abang ni, tak semua orang-orang di pemerintahan itu buruk macam yang abang kira, masih ada juga yang peduli sama rakyat bang, coba lah abang bayangkan, kalo lah Medan ini macam di Afghanistan tu, mana lah bisa nyantai kita minum kopi di bawah pohon yang rindang dengan udara sejuk macam gini, yang ada was-was terus kita, masih hidup ga ya aku besok, gitu la kurasa orang di Afghanistan tu” aku menyelesaikan kalimat ku dengan sedikit meneguk kopi panas, seketika aku terkejut, aku baru saja meneguk kopi yang masih panas.

“iyah-iyah, kau pun yang enggak-enggak aja, kau bandingkan pula Indonesia yang sudah merdeka dengan Afghanistan”

“eh bang, macam yang pernah kudengar gini katanya bang, “kemerdekaan bukanlah tujuan akhir, namun kemerdekaan adalah awal membangun suatu Negara, perjuangan kita belum berakhir sampai disini, mempertahankan kemerdekaan lebih berat daripada mendapatkannya”, hah itulah dia seingat ku kata-kata itu, perjuangan kita belum berakhir bang, kita tetap harus berjuang sampai maut menjemput”

“eleh, berjuanglah kau bilang, udah berjuang kalipun aku ini untuk istri-anak ku supaya bisa makan orang itu, kau baru tau macam mana yang dibilang berjuang tu kalo kau udah punya tanggungan macam aku ni, biaya makan, biaya sekolah anak-anak, ditambah biaya sakit, biaya melahirkan, dan biaya untuk ke toilet, bisa kau bayangkan ga, pengeluaran kau tiap hari lebih besar dari pendapatan kau, mau ngorek dari mana lagi coba, kalo aja ayah-omak ku dulu mampu nguliahkan aku, ga kan disini aku becakap-cakap ama kau, mungkin udah punya perusahaan sendiri aku ni, aku ni dulu pas SMP salah satu murid terpintar juga biar kau tau, tapi itulah Dan, tak bagus rejeki aku”

“iya juga ya bang, berarti memang aku ja yang pemalas ni, makan, minum, tidur, kuliah semua masih dibiayai orang tua, tapi belum bisa aku berbuat sesuatu yang membanggakan orang tua ku, yang ada malas-malasan aja kerja ku,”

“kau tu harusnya bersyukur, tau kau dulu kisah hidupku cemana, belum lagi sekolah, ayahku udah lari sama bini mudanya, omakku lah yang banting-tulang membiayai aku kami bertiga, aku anak kedua, abang ku waktu itu kerjaannya merantau jarang pulang kerumah, adikku yang perempuan la yang bantu omakku jualan pisang goreng di pasar diterminal, kalo aku kerja tukang sapu motor angkot diterminal tu, setamatnya SMP aku tak lagi bisa sekolah karna tak ada biaya. Dana mulai sekarang berpikirlah untuk masa depan kau, kalo bukan kau siapa lagi?, bukannya aku mendoakan hal yang buruk, tapi gak selamanya kau itu terus hidup dan bergantung sama ayah-omak kau,ada waktunya nanti kau harus bisa terbang sendiri, tidak lagi di papah, aku yakin kau pun pasti nantinya bakal merasa puas waktu kau sudah bisa membiayai hidup kau sendiri, ada kepuasan batin disitu, dan rasanya enak kali, gak percaya?, cak tes, kalo kau sukses kan kau juga yang senang”

Tumben bang Heri berbicara seserius ini, sosok yang aku kenal sebagai seorang yang humoris dan sedikit konyol ternyata memiliki pesan yang begitu mendalam bagiku, aku terpaku dan menunduk, seolah dia baru saja menyadarkan aku dari dunia ku sendiri, dunia yang selalu aku bayangkan begitu mudah dan sepele tanpa harus memikirkan apapun selain besok adalah waktu bersenang-senang dan bermain bagiku tanpa harus memikirkan soal perut dan biaya hidup.

“tapi kurasa Ri” bang Sumar sepertinya ingin ikut bergabung dalam perbincangan “ga boleh dia ni sukses”

“ih kenapa pula bang, iri abang ya kalo aku udah sukses?”

“Tuhankan Maha Tau Dana, kurasa nanti kalo kau sukses kau jadi sombong, nah daripada kau jadi sombong dan Tuhan jadi murka sama kau bagus lah kau tak usah sukses sekalian”
Tertawa mereka meledak seketika, dasar mereka beraninya main keroyok

Bersambung...

Kamis, 25 April 2013

     Beberapa hari ini aku terusik dengan sebuah buku yang tergeletak dimeja samping pintu kamarku, buku itu berada tepat disamping kiri telepon rumah dengan sampul belakang menghadap keatas, setiap aku ingin masuk kekamar entah kenapa pandangan ku selalu mengarah ke buku itu, awalnya aku hanya memandang sekilas tanpa ada niat apapun untuk aku lakukan terhadap buku itu, tepat hari ke 3 aku menjadi penasaran, buku itu tetap disitu tanpa berubah posisi sedikit pun, seolah dia masih setia menunggu untuk bisa berkenalan dengan ku, akhirnya aku mencoba menyentuhnya, sampul belakang yang menghadap keatas itu menggambarkan foto penulisnya yang berkacamata, memakai kopyah hitam dengan setelan sweater hijau yang tersenyum sambil menyilangkan kedua lengannya di dada seolah sedang menyambutku dan berkata, “hai apa kabar”.

#1 WORLDWIDE BESTSELLING AUTHOR, HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY, BUMI CINTA (Sebuah Novel Pembangun Jiwa).

   Namun aku kembali meletakkan buku itu di posisi semula kembali disamping telepon rumah diatas meja di samping pintu kamarku, lalu aku masuk kekamar dan kembali tidur, hari itu masih jam 8 pagi, tadi malam aku tidak sempat tidur karna game yang aku mainkan belum kelar, BORDERLANDS game first person shooter combat masih satu Fragment key lagi yang aku harus kumpulkan untuk menamatkan game ini.

   Malam harinya sepulang kuliah aku tidak lagi menoleh ke buku itu seperti yang ku alami beberapa hari belakangan, aku duduk di tempat tidur kamarku yang berantakan ini dan melepas sepatu lalu  mengganti baju dan menghidupkan komputer ku untuk kembali melanjutkan game yang aku mulai dari 5 hari yang lalu, dan tiba-tiba hidayah itu datang, aku teringat dengan buku yang tadi pagi baru aku sentuh, aku keluar kamar dan benar saja, buku itu masih di situ tidak berpindah tempat dari terakhir aku menyentuhnya, dan aku bawa buku itu masuk kekamar ku, alhasil komputer ku yang sudah running dan siap untuk di ussing - asal kata use, namanya juga asal kata jadi buat istilahnya asal juga lah, hehe -  tidak aku acuhkan dan pasti kompy sangat sedih karna aku baru saja selingkuh dengan buku yang baru aku kenal, aku mohon maaf kompy, aku mulai membaca prolognya.

   Sebuah kisah yang sangat khas dari Kang Abik (demikian Beliau disapa para penggemarnya)yang telah menelurkan karya-karya besar sebelumnya, seperti AYAT-AYAT CINTA dan KETIKA CINTA BERTASBIH, seperti yang Beliau akui bahwa novel-novel yang Beliau tulis sesungguhnya merupakan hasil tadabbur Beliau terhadap ayat-ayat suci Allah dalam Al-Quraanul Kariim, dan kalimat yang membuat saya menjadi tergerak untuk membaca novel ini adalah “Saya ingin menjadikan tokoh utama dalam novel-novel saya sebagai AL-QURAN BERJALAN atau AL-QURAN HIDUP”, sebuah dorongan semangat untuk menjadikan Al-Quran tidak hanya sebagai bahan bacaan wajib Umat Muslim, namun juga sebagai ruh didalam diri untuk mendapatkan tujuan hidup yang diberkahi oleh Allah, dan novel ini pun hasil dari tadabbur nya Kang Abik dalam QS. Al Anfal [8]: 45-47

“Hai orang-orang yang beriman,apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar .Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud ria kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah.Dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan”

    Ayat ini merupakan kunci kemenangan orang-orang yang beriman, manakala menghadapi musuh yang berat, musuh yang bisa datang dari mana saja, musuh yang siap meluluhlantakkan bangunan keimanan orang-orang beriman, musuh itu bisa berupa hawa nafsu yang ingin bebas, godaan wanita cantik,lingkungan yang tidak mendukung, ya musuh itu begitu mewabah di bumi pertiwi dan dimanapun, pergaulan bebas, narkoba,liberalisme pornoaksi, pornografi dan seterusnya, kalau kita tidak hati-hati niscaya iman kita bisa melayang

   Muhammad Ayyas seorang santri salaf tokoh utama dalam novel ini yang berjuang mati-matian dalam mempertahankan imannya, tak tanggung-tanggung Muhammad Ayyas menghadapi musuh imannya dalam bumi yang menuhankan kebebasan, free sex, pornografi dan pornoaksi, yaitu Rusia. Bukan Indonesia, dalam hal pornografi, pornoaksi dan segala bentuk kemaksiatan lainnya, Indonesia hanyalah secuil kotoran hitam dalam kuku bagi negeri yang bernama Rusia.

Jumat, 04 Januari 2013

Sedikit Tentang Cinta


    Cinta itu rumit, bahkan bagi Saya cinta itu membingungkan, terlalu banyak definisi tentang cinta yang beredar saat ini namun tetap saja cinta menjadi misteri yang belum terungkap,dalam pencarian menemukan arti cinta Saya mencoba berbagi dalam tulisan ini, perbedaan antara cinta dan cita yang sesungguhnya mementingkan citra dari objek yang merasukinya menjadikan kebutaan yang abstrak dan tidak terarah, seseorang yang mencinta dengan cita akan mendapatkan citra, akan dibutakan oleh sesuatu yang bahkan tanpa dia sadari adalah apa yang bahkan dia tidak bisa mengerti, rumit ya kalimat Saya ini?, coba resapi kembali atau kalau Anda merasa tidak berhasrat membaca tulisan ini sebaiknya Anda acuhkan saja tulisan ini dan berlalu. biarlah tulisan ini cukup menjadi hiasan bagi blog Saya, TAPI...Percayalah jika Anda mulai merilekskan pikiran sejenak dan menghela nafas untuk fokus pada tulisan ini Saya yakin Anda tidak akan berhenti menganggukkan kepala didepan layar monitor, bukan karena Anda sedang mendengarkan lagu 50cent tentunya, Oke kita mulai, Anda siap...?, ya memang saya belum memulainya itu tadi hanya pemanasan saja.

    Dalam pencarian Saya selama ini ternyata apa yang dikatakan dengan cinta adalah sesederhana kata dari cinta itu sendiri bahkan sangat sederhana, cinta yang mereka katakan dengan entengnya,cinta yang mereka ungkapakan tanpa beban, atau sebagian yang menganggapnya sebagai kata sakral yang sulit untuk dikatakan kepada seseorang yang dia tuju, yang membuatnya menjadi kaku bahkan hanya mengatakan kalimat singkat seperti “Aku Cinta Kamu” membuatnya basah kuyup oleh aliran air dari tubuhnya yang bernama keringat, mengapa tiap orang memperlakukan kata ini secara berbeda?

    Sebagian orang terlihat begitu gugup dan panik jika diberi misi  - bahkan oleh dirinya sendiri -  untuk mengatakan cinta kepada seseorang yang dia “kagumi” atau bahkan seumur hidupnya tidak akan pernah mengatakan  kata itu dan dia sudah bersumpah.

    Sebagian lain menjadikan cinta sebagai senjata ampuh untuk mendapatkan apa yang dia inginkan (Cita) dengan mudah dan tanpa bersusah payah.

    Dan sebagian kecil lainnya menjadikan cinta sebagai alat untuk dirinya agar di akui oleh sekelompok individu  (Citra) dan mengangkat status sosialnya.

    Cinta adalah suatu rangkaian saling terikat antara CITA dan CITRA ibarat mata rantai yang saling berhubungan satu sama lain, cinta yang utuh adalah cinta yang memiliki tujuan yang terarah dengan bayangan masa depan yang terukur, CINTA,CITA,CITRA

     Cinta tanpa Cita adalah kepalsuan yang nyata dan sesaat, tidak memiliki komitmen dan tujuan pasti dan hanya akan menjadikannya ajang sebagai pencitraan bagi lingkungan sekitarnya dan sebagai pengakuan yang bersifat sementara (Citra)

    Cinta tanpa Citra adalah kejahatan yang brutal dan akan membunuh secara perlahan,hanya memikirkan kepentingan sepihak, dan menjadikannya sebagai alat mencapai keinginan pribadi (Cita)

     Sekarang kita sudah mulai mengungkap seperti apa cinta yang benar itu.

   Periksa kembali cinta Anda, karena setiap orang diberikan anugrah untuk dicinta dan mencinta, cinta bukanlah satu objek yang berdiri sendiri, cinta membutuhkan material pelengkap lain agar mencapai kesempurnaan, jika ada satu saja material yang kurang, Saya bisa jamin itu bukanlah cinta yang sesungguhnya, bisa jadi itu adalah kesedihan yang mengenakan topeng cinta, jangan buta dengan kebutaan anda terhadap cinta
Karena arti CINTA adalah sesederhana kata CINTA itu sendiri yaitu, ABADI...

    Sudah bisakah sekarang Anda memahami kata Abadi itu?

Salam hangat....

Edu Fachdu Winandar Lubis

Selasa, 07 Februari 2012

SHOLAT


FOTO:(http://lanaline.com/?p=301)
Sholat adalah ibadah yang paling istimewa bagi umat muslim, keistimewaan ini begitu sempurna bagi saya sehingga menjadikan ibadah yang satu ini membuat saya sangat penasaran seperti apakah sholat yang benar dan khusuk itu?, apakah sholat saya sudah mampu menjauhkan saya dari perbuatan keji dan mungkar?, namun saya masih belum bisa menjawab dengan yakin bahwa sholat saya ini memiliki peran yang sangat besar bagi kehidupan saya, saya masih memandang sholat hanya sebatas kewajiban saja, dan itu artinya secara tidak langsung memaksa saya untuk melakukan sholat dengan tanpa mendapatkan manfaat apa-apa dari pekerjaan saya itu,saya sholat hanya karna takut akan gambaran neraka yang begitu mengerikannya yang biasa didendangkan oleh para orang tua dilingkungan saya, dalam beberapa kali saya ingin menunggu kapan hati saya tergerak untuk benar-benar mencintai sholat, sholat ini sangat begitu sensitif bagi saya, karena sholat adalah kepasrahan diri kepada Sang Maha Kuasa yang mampu mengenyampingkan urusan dunia dan memfokuskan diri pada sholat saya, apakah saya harus menunggu dan terus menunggu untuk mendapatkan kenikmatan sholat itu? atau adakah tata cara yang tepat untuk benar-benar menjadikan sholat tidak lagi sebagai kewajiban namun menjadikan sholat sebagai kebutuhan yang memberikan rasa rindu untuk kembali menjalankan sholat sehingga jika sekali saja tidak sholat maka saya akan merasa sangat menyesal dan bersumpah untuk tidak melewatkannya kembali
Erbe Sentanu dalam bukunya Quantum Ikhlas® mengatakan “faktor utama yang merusak kekhusukan kita dalam sholat kerena kita lupa mengajak hati untuk ikut dalam sholat kita”, sholat selayaknya adalah ibadah yang mengikut sertakan kinerja otak, hati dan fisik, disini peran kita sebagai pemimpin tertinggi atas diri kita sendiri sangat penting, bagaimana keterampilan kita terasah untuk mampu mengendalikan seluruh bagian tubuh kita hanya untuk bersujud dan merendahkan kesombongan diri di hadapan Allah SWT, namun hal itu bukanlah perkara yang mudah bagi saya, kebanyakan sholat saya hampir tidak memiliki bekas apa-apa didalam kehidupan saya, sholat saya masih begitu hampa, dan akhirnya dengan gampangnya dan seolah tidak pernah merasa bersalah sedikit pun  saya tidak peduli dengan sholat saya sama sekali, ada satu kalimat yang sangat melekat di pikiran saya dari Ustadz kondang Alm KH Zainuddin MZ, kira-kira begini “sholat bukanlah ketika kita berdiri diatas sajadah, namun lebih kepada ketika kita selesai dari atas sajadah”, sholat lebih berefek ketika setelahnya, dimana sholat itu mampu mendampingi kehidupan dunia kita, kualitas kehidupan seseorang ditentukan dari kualitas sholatnya, semakin baik kualitas hidupnya,berarti semakin baik pelaksanaan sholatnya, sholat adalah sebuah hadiah yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita, sebuah tameng dari pedang-pedang milik setan agar kita mampu berlindung dan bertahan dari apapun serangan setan, semakin tebal tameng kita berarti mampu bertahan lebih kuat oleh serangan-serangan tersebut, lantas pantas kah saya mengira-ngira kalau sholat saya diterima atau tidak oleh Allah SWT, karena suatu alasan tertentu saya mengira hari ini sholat saya bakalan tidak diterima yang akhirnya menjadikan saya enggan untuk melaksanakan sholat,apakah saya seperti seorang pekerja yang hanya mau bekerja jika dibayar, dan tidak akan sholat jika tidak dapat pahala karena itu akan sia-sia?, pahala dan dosa adalah milik Allah SWT bukan hak saya memikirkan hal itu, bagi saya itu hanyalah sebagai bonus akan apa yang saya kerjakan di dunia ini, tujuan akhir saya hanyalah kembali kepada Allah SWT dimana saya berasal, namun jika kembali berkaca pada diri sendiri, pantas kah saya yang begitu kotor penuh noda kembali kehadapan Sang Maha Suci dimana saya berasal masih suci dan bersih, sedangkan sholat yang hakikatnya sebagai perisai pelindung saya tidak mampu saya pelihara dengan baik, bagaimana mungkin saya kembali dengan begitu kotornya ini, sholat adalah kewajiban, jika memang sebagai kewajiban, pantaskah saya mengharap pahala dari sholat?, padahal sholat itu adalah perintah dan wajib hukumnya, pantaskah saya yang sudah begitu banyak diberi kenikmatan ini tidak memperdulikan perintah dari Sang Maha Pemberi, begitu perih hati ini jika mengingat kesombongan saya dihadapan Sang Maha Pengasih, air mata tak mampu tertahan jika mengingat betapa tidak pedulinya saya akan perintah dari Sang Maha Pemberi Petunjuk
Namun saya yakin Allah SWT selalu memberikan kesempatan bagi saya untuk memperbaiki kualitas diri saya dihadapan Sang Maha Sempurna, saya akan berusaha untuk mendapatkan sedikit perhatian kasih sayang dari Sang Maha Penyayang, walaupun hanya sedikit, bagi saya itu adalah sesuatu yang paling berharga didunia ini, saya percaya jika saya mampu membangun rasa cinta kepada Sang Maha Bijaksana, pasti saya juga akan mendapatkan kasih sayang dari Allah SWT, dan saya percaya, jika saya sudah dapatkan kasih sayang Allah SWT, kesedihan, keputus-asaan, kebimbangan, kebingungan dan ketidak bersyukuran akan sirna. SELAMANYA.

Hidup Seperti Orang Yang Sedang Hidup PART II

semua berjalan dengan murni tanpa rekayasa, itulah yang membuat ku tak pernah berhenti mengagumi sohib ku itu, dia lebih mementingkan persahabatan kami dari apapun bahkan wanita, yang pastinya untuk saat ini !, orang pertama yang menolongku di saat aku sedang butuh pertolongan, aku tau Anton juga suka dengan Linda walaupun dia tidak pernah memulai cerita tentang Linda dia tetap menjaga perasaan ku setiap kali aku bertanya tentang perasaannya pada Linda dia selalu menjawab dengan sok nya    “boy, bukan cewek yang terpenting didunia ini dan bukan hanya satu cewek yang bisa membuat mu melayang, hanya saja kau kurang memberikan kesempatan pada cewek lain untuk membuat mu melayang akhirnya kau berpendapat hanya satu cewek lah yang membuat mu begitu, padahal enggak” huh si Playboy itu mulai menampakkan wujud aslinya kepada ku yang si Stoneboy sama ketika Linda menatap ku dengan pandangan tajamnya dan panggilannya padaku tadi seolah menguatkan kata-kata stoneBOY itu,ya wajar memang Anton menjadi pusat perhatian para gadis, “ woi Yan ayo masuk jangan terlalu sering memandangi laptop itu, heh kemarin Agus nembak Linda lho” Anton mengagetkan ku dan menghentikan ku menulis di laptop kesayangan ku ini ” O semoga mereka berdua bahagia” jawabku dengan sedikit putus asa “ haha serius kali sih kau emang kau pikir Agus berhasil...?” aku memalingkan tatapan ku ke Anton yang dari tadi berpura-pura hanya memandangi laptop
 “ Linda pacaran sma Agus kan?”
                                    “hah bego’ yang ngomong kalo Linda pacaran sama Agus siapa”
                                    “ tadi kau bilang Agus nembak Linda artinya kan Agus nyatakan cintanya ke Linda dan Linda juga suka sama Agus Akhirnya mereka pacaran dan hidup selamanya dengan bahagia” sedikit kesal dengan tingkah Anton yang terus menertawaiku
                                    “kenapa ketawa terus?, ada yang lucu?”
                                    “haha ga ada yang lucu tapi ada yang bego’ ”
                                    “oh kau bilang aku bego’ , Ton tugas yang kemaren kau kerjakan sendiri aja ya aku udh jadi bego’ sekarang semoga berhasil”
                                    “beh merajok kau, hah idiot”
                                    “lengkaplah sudah gelarku, sekarang kau bilang aku idiot”
                                    “hey hey jangan marah gitu lah emosian aja kau ni dengar dulu cerita ku” Anton menarik rokok dari saku bajunya “rokok dulu kita!” Anton menyodorkan sebungkus rokok padaku, pastinya rokok yang juga jadi idolaku ini, tapi aku harus bisa menahan selera untuk tidak membelinya perbungkus karna memang rokok yang berkualitas akan menjadi lebih berderajat dan tentunya mahal, akhirnya ku pilih lah rokok alternatif yang lebih murah dan pas dengan isi kantongku, sulit juga mencoba untuk menghilangkan kebiasaan merokok ini, setiap orang yang kumintai saran untuk berhenti merokok mengatakan hal yang hampir tidak beda “merokok lah sebelum rokok itu dilarang, orang yang merokok tandanya orang yang sehat, coba kau bayangkan pas kapan orang dilarang merokok, sakit... benar jadi Cuma orang yang sehat lah yang bisa merokok, dan tunjukkan pada dunia bahwa kau adalah orang yang paling sehat, dengan rokok !” itulah kata para perokok dan salah ku memang bertanya pada orang yang benci dengan hidup tanpa rokok, tapi lain lagi pendapat para non smoker “rokok dapat menyebabkan kangker, serangan jantung ,impotensi dan gangguan kehamilan dan janin jadi untuk apa merokok dan satu lagi rokok dapat juga membuat mu miskin teman” dan di dalam hati aku menjawab “tapi teman itu rokok dapat, aku membelinya bukan dapat!”
                                    “hah tadi kau suruh masuk sekarang kau ajak aku merokok”
                                    “Put tolong ya titip absen aku ama kawan aku ni” teriak Anton pada salah satu assisten dosen yang sedang menuju kekelas, Putri pun membalas dengan senyum yang menandakan dia setuju, inilah kampusku.
Anton menarik dalam-dalam nafasnya perlahan merasakan asap rokok yang membelai didalam tenggorokannya “sabtu sore di kantin waktu kau ga mau ikut dengan ku kekantin,karna kau bilang ada tugas penting”Anton memulai cerita, sebenarnya aku bukan ada tugas penting pada hari itu, tapi memang aku tidak ingin kesana, karna Agus juga sudah menceritakan niatnya yang ingin mengutarakan cintanya ke Linda aku memilih untuk tidak menyaksikan peristiwa bersejarah itu, peristiwa yang bakalan merusak hari-hariku, aku memilih pulang dan tidur, walaupun sebenarnya aku tidak tidur.
“Agus mendatangi Linda yang kemarin itu.......” Anton berhenti sejenak seperti memikirkan sesuatu yang penting dan coba mengingatnya, aku pun memeperhatikannya dengan penuh kekhusukan,menunggu kalimat yang pasti sangat penting tentang Linda “ya,ya makan mie ayam dia”, Gubrak..... ! huh dasar sok dramatis menceritakan hal yang tidak penting lagi aku hanya bisa menggelengkan kepala dan kembali mengarahkan perhatianku pada laptop ku.
“lalu Agus duduk di samping Linda dan menggenggam tangan Linda” ups jantungku, kenapa jantungku dag,dig,dug menjadi-jadi ketika Anton mengatakan hal itu, “Agus megang tangan Linda?” ku keraskan suara sambil mengerutkan dahi pertanda aku tidak nyaman dengan hal itu, hampir saja aku membanting laptop kesayangan ku tapi niat ku itu langsung ku undurkan mengingat barang itu masih kredit.
“hah.... sok dramatis kau, baru juga pegang tangan, jangan di potong dulu cerita ku, blom kelar ni, ga kedengaran sih apa yang dikatakan agus sama Linda, tapi kelihatannya Agus sangat serius pada waktu itu dan akhirnya Linda tersenyum, kau tau kan boy... senyumman yang kau idolakan itu, seandainya kau ada di sana kemaren, pasti kau sangat menyesal karna melewatkan senyum manis itu”.
                                    “maksud kau apa, wajar la semua orang suka sama senyumnya, kau juga kan?”, mulai kupancing Anton berusaha menggali info apakah dia juga suka dengan Linda, kalau memang dia juga suka, habis lah aku !, seperti yang kukatakan tadi Anton memiliki semua hal yang di sukai wanita, dan sudah pasti jika aku mencoba bersaing dengannya. Aku bakalan kalah telak !
                                    “haha sabar boy  gak la kalo menurut aku pribadi ya, senyumnya biasa-biasa aja ya kayak cewek-cewek manis lain”, hm gaya yang biasanya dia buat kalau membahas Linda didepan ku, berpura-pura untuk menjadi seorang gay yang ga suka wanita
                                    “tadi kayaknya kau menggambarkan senyum Linda penuh dengan semangat, kau.......”
                                    “mau dilanjutkan ga ni ceritanya” Anton memotong pembicaraan ku, seperti yang dia katakan dia paling tidak suka kalau orang memotong pembicaraannya, dan dia lebih suka kalau memotong pembicaraan orang lain, “ya udah lanjutkan lah”

sayap imanjinasi ku

sayap imanjinasi ku
........